Khilafah Fighters  

Laa 'Izzata illa bil Islam  
Walaa Islama illa bisy Syariah  
Walaa Syariata illa bid Daulah   Daulah Khilafah Rasyidah  





Locations of visitors to this page

Ada user online
Saturday, 30 December 2006

Buletin Al-Islam Edisi 335

MARI BERKURBAN
DEMI MEWUJUDKAN KESATUAN UMAT

Buletin Edisi 335

Hari ini, Jumat (29/12), sesuai dengan keputusan penguasa Makkah, adalah bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1427 H. Sembilan Dzulhijjah adalah Hari Arafah. Hari Arafah adalah hari saat jamaah haji melakukan wukuf di Arafah. Demikianlah sebagaimana sabda Nabi saw.:

«يَوْمُ عَرَفَةَ الْيَوْمُ الَّذِيْ يُعرّفُ النَّاسُ فِيْهِ»

Hari Arafah adalah hari saat manusia (jamaah haji) berkumpul di Arafah. (HR al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).

Nabi saw. menyebut wukuf di Arafah sebagai inti dari pelaksanaan ibadah haji:

«اَلْحَجُّ عَرَفَةُ»

Ibadah haji adalah (wukuf) di Arafah. (HR at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibn Majah, dan Ahmad).

Pada Hari Arafah ini jamaah haji diharamkan berpuasa. Sebaliknya, kaum Muslim selain jamaah haji di Tanah Suci disunnahkan untuk menunaikan shaum Arafah.

Karena Jumat ini (29/12) Hari Arafah, berarti esok hari (Sabtu, 30/12) sudah memasuki tanggal 10 Dzulhijjah. Sepuluh Dzulhijjah adalah hari saat jamaah haji sudah meninggalkan Arafah dan tiba di Mina untuk melempar jumrah. Pada saat yang sama, kaum Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Karena Idul Adha terkait dengan rangkaian pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, maka sudah selayaknya kaum Muslim di seluruh dunia serentak melaksanakan shalat Id secara bersama-sama tanggal 10 Dzulhijjah, yakni saat jamaah haji sudah berada di Mina, yakni Sabtu (30/12) esok hari.

Saat ini jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia sedang berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Ilahi, menunaikan ibadah haji. Lautan manusia itu membuat panorama amat menakjubkan. Mereka terdiri dari beraneka ragam suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit. Namun, mereka berbaur, berpadu, dan menyatu dalam menjalankan syariah Allah SWT. Mereka serentak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu, ya Allah, Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu. Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan kekuasaan hanya milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.

Tidak tampak ada perselisihan, percekcokan, dan permusuhan di antara mereka. Segala atribut yang biasanya menjadi biang perpecahan dan percekcokan ditanggalkan. Warna pakaian yang mereka kenakan, aktivitas ibadah yang mereka kerjakan, dan lantunan kalimat yang mereka ucapkan benar-benar menunjukkan bahwa mereka adalah umat yang satu; yang dipersatukan oleh akidah Islam. Sungguh, sebuah pemandangan yang membahagiakan hati orang-orang beriman, yang senantiasa merindukan persatuan dan kesatuan.

Di tempat lain, di seluruh dunia, umat Islam juga tidak mau ketinggalan. Pada Hari Raya Idul Adha, sambil melantunkan takbir, mereka beramai-ramai mendatangi lapangan atau masjid, tempat shalat Id diselenggarakan. Ketika shalat berlangsung, mereka berjajar rapi menghadap kiblat yang sama dan bergerak serentak mengikuti komando seorang imam. Sambil bersimpuh mengagungkan Asma Allah, mereka menyimak uraian ayat-ayat-Nya yang disampaikan khatib. Usai shalat, mereka melakukan penyembelihan dan pembagian hewan kurban. Muslim yang mampu, menyisihkan sebagian hartanya untuk berkurban. Daging hewan kurban itu lalu dibagikan kepada masyarakat luas. Rangkaian peristiwa ini juga mengukuhkan, bahwa umat Islam adalah umat yang satu.

Realitas Persatuan Umat Saat Ini

Sungguh amat disayangkan, persatuan yang diperlihatkan dalam ritual ibadah haji dan Hari Raya Idul Adha ini tampak kontras dengan realitas keseharian umat Islam saat ini. Persatuan umat Islam kini sedang terkoyak. Apalagi setelah Khilafah Islam di Turki diruntuhkan pada tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, oleh Mustafa Kamal Attaturk dengan dukungan Barat. Ini adalah puncak keberhasilan Barat dalam meracuni umat dengan paham nasionalisme. Paham nasionalismelah yang sesungguhnya telah merobek-robek persatuan dan kesatuan umat Islam hingga hari ini.

Akibatnya, umat Islam yang sebelumnya bersatu-padu dalam satu kepemimpinan Khilafah, kini terpecah-belah menjadi lebih dari lima puluh negara, dengan menonjolkan faktor kebangsaannya masing-masing. Mereka juga dipisahkan oleh batas-batas teritorial yang sebetulnya dibuat oleh kaum imperialis Barat pada masa penjajahan dulu.

Saat ini, umat Islam di negerinya sibuk dengan urusannya masing-masing. Mereka sering tidak peduli dengan nasib saudaranya di negeri-negeri yang lain. Ketika Irak diserbu Amerika, misalnya, tak ada satu pun negeri Muslim yang membantunya. Sebagian negara di Timur Tengah malah menyediakan fasilitas bagi pangkalan militer Amerika. Dari pangkalan itulah, Amerika dan sekutunya leluasa menggempur Irak. Baghdad, yang pernah menjadi ibukota Khilafah Abasiyah itu pun porak-poranda. Seluruh wilayah Irak akhirnya berhasil diduduki Amerika dan sekutunya hingga hari ini. Hingga kini, sudah lebih dari 650 ribu nyawa rakyat Irak menjadi korban kebiadaban tentara AS dan sekutunya

Sebelumnya, nasib serupa juga menimpa Afganistan. Ketika negara itu digempur AS dan sekutunya, umat Islam di seluruh dunia juga tidak bisa berbuat banyak. Penguasa Pakistan malah menyerahkan daerahnya kepada AS untuk memudahkan negara kafir penjajah itu membombardir Afganistan, yang kemudian menewaskan puluhan ribu kaum Muslim. Amerika pun sukses mendudukkan agennya sebagai penguasa Afganistan, yang tentu sangat loyal kepadanya.

Kasus Palestina adalah contoh lain. Rakyat negeri itu puluhan tahun terpaksa harus berjuang sendiri untuk menghadapi kebrutalan dan kebiadaban Israel yang didukung oleh seluruh kekuatan negara penjajah di dunia, termasuk PBB. Pada saat yang sama, negara-negara Muslim lainnya bukan saja tidak membantu, mereka justru berlomba memberikan pengakuan akan keabsahan eksistensi Israel di bumi penuh berkah itu. Mereka bahkan mengadakan hubungan diplomatik dan kerjasama di berbagai bidang dengan negara zionis yang telah menjajah dan menduduki Palestina itu.

Selanjutnya adalah Libanon. Ketika negeri itu dihujani rudal-rudal Israel, negeri-negeri Muslim yang lain tidak tergerak untuk menolongnya. Pemerintah Libanon sendiri bahkan tidak memberikan dukungan apapun terhadap Hizbullah. Dukungan moral pun tidak. Sungguh aneh, memang.

Potret buram persatuan umat Islam kian diperparah dengan pertikaian antar kelompok akibat perbedaan mazhab, partai, dan kepentingan. Akibatnya, mereka mudah diadu-domba oleh musuh-musuhnya. Kasus pertikaian sesama Muslim di Irak, antara Syiah dan Sunni di Shadr City beberapa waktu lalu, yang menewaskan ratusan nyawa kaum Muslim yang tak bersalah, adalah gambaran betapa persatuan umat ini telah terkoyak.

Akar Masalah

Umat Islam saat ini telah diracuni oleh paham-paham yang menjadikan selain akidah Islam sebagai dasar persatuan dan kesatuan mereka, seperti paham kesukuan, nasionalisme (kebangsaan), patriotisme, dan sejenisnya. Paham-paham inilah yang telah menghancurkan persatuan umat Islam. Sebab, ketika kesamaan etnis, suku, bangsa, dan sejenisnya dijadikan dasar persatuan, loyalitas dan pembelaan terhadap bangsa akan mengalahkan loyalitas mereka pada Islam dan kaum Muslim. Padahal Allah SWT berfirman:

] إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ [

Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu adalah bersaudara. (QS al-Hujurat [49]: 10).

Rasulullah saw. juga bersabda:

«الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ»

Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain; ia tidak boleh menzaliminya dan tidak akan membiarkannya (dizalimi) (Muttafaq 'alaih ).

Sejarah telah membuktikan, akidah Islamlah yang mampu mempertautkan hati suku Aus dan Khajraj di Madinah. Padahal sebelumnya kedua suku itu saling bermusuhan berpuluh-puluh tahun. Akidah ini pula yang berhasil mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar kendati mereka berasal dari suku dan tanah air yang berbeda. Ikatan akidah ini pula yang mempersatukan seluruh umat Islam di seluruh dunia selama berabad-abad hingga menjadi umat yang paling kuat dan disegani sepanjang sejarah.

Sayang, umat Islam saat ini telah terpecah menjadi lebih dari lima puluh negara. Sekat-sekat nation state itu menghancurkan umat Islam sebagai satu entitas. Wujud persatuan dan persaudaraan Islam juga tidak bisa diwujudkan secara nyata dalam kehidupan mereka. Hal ini jelas merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Islam. Sebab, Islam telah mewajibkan umatnya bersatu dalam satu payung kekuasaan, yakni Khilafah Islam. Rasulullah saw. bersabda:

«إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الآخَرَ مِنْهُمَا »

Apabila dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya. (HR Muslim).

Dengan dasar hadis di atas, jelaslah bahwa keberadaan umat Islam saat ini, yang terkotak-kotak di beberapa negara, adalah pelanggaran terhadap hukum Islam. Karena itu, umat Islam harus segera menyatukan diri kembali di bawah kepemimpinan seorang khalifah, dalam satu institusi Khilafah Islam.

Selain itu, dengan bersatunya umat Islam di bawah satu payung kekuasaan, yakni Khilafah, selama 13 abad kaum Muslim menjadi umat yang kuat dan disegani musuh-musuhnya. Sebaliknya, setelah Khilafah dibubarkan, umat Islam menjadi lemah dan mudah diperdaya oleh musuh-musuhnya. Ketiadaan Khilafah nyata telah memuluskan negara-negara Kafir Barat untuk menancapkan cengkeraman mereka terhadap kaum Muslim, merampok kekayaan alamnya, menginjak-injak kehormatan Islam dan kaum Muslim, bahkan mengusir dan membantai rakyatnya. Walhasil, benarlah sabda Rasulullah saw.:

«إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ»

Sesungguhnya seorang imam (khalifah) adalah perisai (pelindung). (HR Ahmad dan al-Nasa'i).

Mari Berkurban untuk Menegakkan Khilafah

Menyaksikan semua realitas di atas, kaum Muslim jelas tidak boleh tinggal diam. Apalagi setiap Hari Raya Idul Adha, kita juga selalu diingatkan oleh satu peristiwa besar: pengorbanan hamba Allah, yaitu Nabi Ibrahim as. dan putranya, Ismail as. Keduanya, dengan kepasrahan dan ketundukan, menunaikan perintah-Nya, meski harus mengurbankan sesuatu yang paling dicintainya. Sikap inilah yang harus kita teladani.

Karena itu, ketika Allah SWT dan Rasul-Nya mewajibkan kita untuk menegak syariah-Nya melalui penegakkan Khilafah Islam, kita pun harus rela mengurbankan apa pun yang kita miliki untuk melaksanakan kewajiban itu. Allah SWT berfirman:

] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ [

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyeru kalian demi sesuatu yang dapat memberikan kehidupan kepada kalian. (QS al-Anfal [8]: 24).

Insya Allah, dengan izin Allah, Khilafah akan segera kembali dalam waktu dekat. Sebab, tegaknya Khilafah telah menjadi janji Allah SWT (Lihat: QS an-Nur [24]: 55). Rasulullah saw. juga telah mengisyaratkan akan hadirnya kembali Khilafah melalui sabdanya:

«ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

Kemudian akan datang lagi Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. (HR Ahmad).

Allâhu akbar, wa lillâhilhamd. []


 

KOMENTAR:

'Pemerintahan Mengarah pada Federalisme' (Republika, 26/12/2006).

Federalisme berpotensi mengarah pada separatisme. Umat Islam harus waspada.

Labels:

posted by Arief @ 14:50   0 comments

Perbedaan Penetapan Idul Adha 1427 H

KANTOR JURUBICARA HIZBUT TAHRIR INDONESIA

بسم الله الرحمن الرحيم

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

PERNYATAAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA
Nomor: 105/PU/E/12/06
Jakarta, 28 Desember 2006 M

PERBEDAAN PENETAPAN
IDUL ADHA 1427 H

Ibarat rangkaian cerita, umat Islam di Indonesia khususnya, akan menutup tahun 2006 ini dengan bad atau sad ending, bukan happy-ending. Selain terpaan bencana banjir, lumpur, tanah longsong, gempa yang datang bertubi-tubi hingga penghujung tahun ini, umat Islam juga harus mengalami peristiwa yang sangat menyesakkan sekaligus memalukan. Yakni soal perbedaan dalam penetapan hari Idul Adha 1427 Hijriah. Sebagaimana telah diberitakan, pemerintah melalui sidang itsbat yang diselenggarakan oleh Departemen Agama telah menetapkan bahwa Idul Adha 1427 H tahun ini jatuh pada hari Ahad 31 Desember 2006. Bila Idul Adha adalah 10 Dzulhijjah, maka 9 Dzulhijjah-nya atau Hari Arafah, hari dimana jamaah haji wukuf di Arafah, jatuh sehari sebelumnya, yakni Sabtu 30 Desember 2006.

Sementara, Mahkamah Agung Kerajaan Arab Saudi telah mengumumkan bahwa berdasar kesaksian sejumlah saksi adil telah terlihat hilal pada malam tanggal 21 Desember 2006. Dengan kata lain, 1 Dzulhijjah bertepatan dengan 21 Desember 2006. Dengan demikian Hari Arafah (9 Dzulhijjah) jatuh pada Jumat, 29 Desember 2006 dan Idul Adha (10 Dzulhijjah) pada 30 Desember 2006 (lihat di www. al-nadwah.com)

Banyak umat yang bingung bertanya-tanya bagaimana mereka harus bersikap. Bila ingin puasa hari Arafah, kapan harus dilakukan: Jumat 29 Desember sesuai dengan hari ketika jamaah haji wukuf di Arafah, atau Sabtu, 30 Desember sesuai dengan ketentuan pemerintah Indonesia? Bila memilih Sabtu, 30 Desember, betulkah hari itu adalah hari Arafah, mengingat jamaah haji di sana justru sudah wukuf sehari sebelumnya? Bila benar Hari Arafah jatuh tanggal 29 Desember, bukankah berpuasa pada Sabtu 30 Desember berarti berpuasa di hari yang justru dilarang untuk berpuasa? Bila memilih puasa Jumat 29 Desember, kapan harus shalat idul Adha-nya? Sabtu 30 Desember atau Ahad 31 Desember?

Kenyataan ini menunjukkan betapa umat Islam dewasa ini telah kehilangan jatidiri, bahkan untuk hal-hal prinsip yang menyangkut perihal 'ubudiyah yang mestinya tidak sulit diselesaikan. Perpecahan umat sudah demikian nyata. Setelah runtuhnya khilafah Utsmani pada 1924 memang tidak ada lagi yang memimpin umat Islam se dunia. Umat terpecah belah ke dalam lebih dari 50 negara, yang bergerak berdasar dan demi kepentingan negara masing-masing. Sampai-sampai untuk menetapkan hari-hari ibadah, seperti Hari Arafah, Idul Adha, juga awal dan akhir Ramadhan, kita selalu mengalami masalah.

Berdasarkan kenyataan di atas, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

1.         Bahwa bila umat Islam meyakini, bahwa pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah haji di tanah suci sedang melakukan wukuf di Arafah, sebagaimana sabda Nabi saw.:

«اَلْحَجُّ عَرَفَةُ»

Ibadah haji adalah (wukuf) di Arafah. (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, al-Baihaqi, ad-Daruquthni, Ahmad, dan al-Hakim. Al-Hakim berkomentar, "Hadits ini sahih, sekalipun beliau berdua [Bukhari-Muslim] tidak mengeluarkannya").

Juga sabda beliau:

«فِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّوْنَ، وَعَرَفَةُ يَوْمَ تُعَرِّفُوْنَ»

Hari Raya Idul Fitri kalian adalah hari ketika kalian berbuka (usai puasa Ramadhan), dan Hari Raya Idul Adha kalian adalah hari ketika kalian menyembelih kurban, sedangkan Hari Arafah adalah hari ketika kalian (jamaah haji) berkumpul di Arafah. (HR as-Syafii dari 'Aisyah, dalam al-Umm, juz I, hal. 230).

Maka mestinya, umat Islam di seluruh dunia yang tidak sedang menunaikan ibadah haji menjadikan penentuan hari Arafah di tanah suci sebagai pedoman. Bukan berjalan sendiri-sendiri seperti sekarang ini. Apalagi Nabi Muhammad juga telah menegaskan hal itu. Dalam hadits yang dituturkan oleh Husain bin al-Harits al-Jadali berkata, bahwa amir Makkah pernah menyampaikan khutbah, kemudian berkata:

«عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللهِ e أَنْ نَنْسُكَ لِلرُّؤْيَةِ فَإِنْ لَمْ نَرَهُ وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا»

Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah haji berdasarkan ru'yat (hilal Dzulhijjah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni. Ad-Daruquthni berkomentar, "Hadits ini isnadnya bersambung, dan sahih .").

Hadits ini menjelaskan: Pertama, bahwa pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan kepada hasil ru'yat hilal 1 Dzulhijjah, sehingga kapan wukuf dan Idul Adhanya bisa ditetapkan. Kedua, pesan Nabi kepada amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan haji dilaksanakan, untuk melakukan ru'yat; jika tidak berhasil, maka ru'yat orang lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada amir Makkah.

Berdasarkan ketentuan ru'yat global, yang dengan kemajuan teknologi informasi dewasa ini tidak sulit dilakukan, maka amir Makkah berdasar informasi dari berbagai wilayah Islam dapat menentukan awal Dzulhijjah, Hari Arafah dan Idul Adha setiap tahunnya dengan akurat. Dengan cara seperti itu, kesatuan umat Islam, khususnya dalam ibadah haji dapat diwujudkan, dan kenyataan yang memalukan seperti sekarang ini dapat dihindari.

2.         Menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya di Indonesia agar kembali kepada ketentuan syariah, baik dalam melakukan puasa Arafah maupun Idul Adha 1427 H, dengan merujuk pada ketentuan ru'yat untuk wuquf di Arafah, sebagaimana ketentuan hadits di atas.

3.         Menyerukan kepada umat Islam di Indonesia khususnya untuk menarik pelajaran dari peristiwa ini, bahwa demikianlah keadaan umat bila tidak bersatu. Umat akan terus berpecah belah dalam berbagai hal, termasuk dalam perkara ibadah. Bila keadaan ini terus berlangsung, bagaimana mungkin umat Islam akan mampu mewujudkan kerahmatan Islam yang telah dijanjikan Allah? Karena itu, perpecahan ini harus dihentikan. Caranya, umat Islam harus bersungguh-sungguh, dengan segala daya dan upaya masing-masing, untuk berjuang bagi tegaknya kembali Khilafah Islam. Karena hanya khalifah saja yang bisa menyatukan umat. Untuk perjuangan ini, kita dituntut untuk rela berkorban, sebagaimana pelajaran dari peristiwa besar yang selalu diingatkan kepada kita, yaitu kesediaan Nabi Ibrahim as. memenuhi perintah Allah mengorbankan putranya, Ismail as. Keduanya, dengan penuh tawakal menunaikan perintah Allah itu, meski untuk itu mereka harus mengorbankan sesuatu yang paling dicintai. Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyeru kalian demi sesuatu yang dapat memberikan kehidupan kepada kalian. (QS al-Anfal [8]: 24).

 

Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net


Gedung Anakida Lantai 4
Jl. Prof. Soepomo Nomer 27, Jakarta Selatan 12790
Telp / Fax : (62-21) 8353253 Fax. (62-21) 8353254
Email: info@al-islam.or.id
Website: www.al-islam.or.id/www.hizbut-tahrir.or.id

Labels:

posted by Arief @ 14:43   0 comments
Wednesday, 27 December 2006

short msg

Jangan pernah berhenti... Jangan pernah berganti...
Jangan pernah ingkari... Jangan pernah ragu...
untuk mencintai ALLAH,
lebih dari semua yang ada di muka bumi ini. !

Labels:

posted by Arief @ 02:24   0 comments

Asmara di Angkot

dari blog temen, ukhti Mardhiyyah

Asmara di Angkot

"De', udah nikah?!"

"Kenapa??!" (bingung. Mungkin 2 orang berseragam putih-abu itu mengira pendengaran mereka sedang terganggu atau sedang nggak normal. Seorang lagi teman yang duduk di depannya pun nampak melongo)

"Udah nikah?!"

"... belum..." (sedikit terlihat bertampang malu, khususnya yang cowok. Teman di depannya (cowok juga) pun nggak kalah bengongnya)

"Ooo.. kirain udah. Abis kayak yang udah nikah..."

".. namanya juga anak sekolah!" (setengah mengumpat dan sambil ngumpet di balik badan cowoknya)

"Oh.. gitu ya, kalo anak sekolah?! Soalnya waktu saya sekolah, nggak gitu sih."

"...dan.. kalo anak Islam nggak begitu. Islam?"

"Saya noni!" (dengan nada sedikit bangga dan bahagia. Mungkin merasa menang karena pertanyaanku tak terjawab dgn kata 'iya'. Sementara yang cowok masih terus terdiam)

Menang?! Oh, tidak! "... Ooo.. kalo agama saya indah sih!"

.."kiri!" langsung turun, sampe lupa pamitan. Ya, kutinggalkan mereka dengan malu (mungkin) yang menghinggapi Si cowok, kesal (sepertinya) yang menggelayuti Si cewek, dan bingung (tampangnya) yang menghampiri temannya. Untungnya nggak lupa untuk melemparkan sebuah do'a... "phuff... ya... semoga Alloh memberi hidayah."

Itulah secuil kisah nyata yang kualami di sebuah angkot di kota hujan. Menyedihkan memang. Tapi, sungguh... pengalaman yang tak terlupakan! Sekaligus pembuktian, BETAPA SEMPURNA DAN INDAHNYA DIEN YANG KU PEGANG! Subhanalloh... Alhamdulillah...

----
wew! salut! selama ini, kalo saya berada di posisi itu [melihat asmara di angkot], beraninya cuma nggrundel dalam hati [padahal yang begini kan selemah lemahnya iman T_T]. nggak pernah kesampean untuk nyeletuk dengan tujuan mengingatkan kepada yang makruf seperti ini. hmmm... layak dicontoh neh :).. semoga lain kali saya lebih berani. amin..

Labels:

posted by Arief @ 02:10   1 comments
Monday, 25 December 2006

warna - warni saudara dekat

NU Bandung Bagi 1.000 Mawar, Jamaah Gereja Terharu

Bandung - Hari Natal juga mendapat perhatian kaum Muslim. Keluarga besar NU dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Bandung membagikan 1.000 kuntum bunga Mawar kepada warga Kristiani.

"Selama ini kami melihat kerukunan umat beragama hanyalah wacana. Belum ada realisasinya. Dan bunga ini merupakan simbol kerukunan umat beragama. Ini dilakukan sebagai pesan damai dari umat Islam kepada umat Kristiani yang sedang merayakan Hari Natal," kata Ketua PCNU Kota Bandung, KH Maftuh Kholil, Senin (25/12/2006).

Ketika ditanya kemungkinan adanya pro dan kontra mengenai pembagian bunga di Hari Natal oleh umat Islam, menurutnya hal itu sangat wajar jika terjadi. Dia mengatakan pihaknya tidak memiliki maksud lain kecuali menunjukkan pada umat lain bahwa Islam cinta damai.

"Kami berharap hal ini bisa diikuti kota-kota lainnya. Dan Bandung merupakan kota pertama yang melakukan hal ini. Kami ingin Bandung menjadi inspirasi ukuran hidup umat beragama di Indonesia", paparnya.

Pembagian bunga mawar itu dilakukan di dua gereja, yaitu Gereja GKI, Jl Maulana Yusuf, dan Gereja Katedral, Jl Merdeka. Selain memberikan bunga, pihaknya juga mengalungkan bunga Melati kepada sejumlah pendeta di dua gereja tersebut.

Pembagian 500 kuntum bunga di gereja GKI dilaksanakan sekitar pukul 07.00 WIB oleh sekitar 80 warga NU dan FKUB. Kebanyakan mereka adalah remaja perempuan dengan memakai kerudung dan laki-laki memakai baju takwa dan peci hitam.

Saat pembagian, ada beberapa jamaah yang menitiskan air mata. Hal yang sama juga terjadi saat pembagian kuntum bunga di Gereja Katedral. Aksi ini rupanya membuat mereka terharu.(/nrl)
sumber : detikcom


Senin, 25 Des 2006
Masdar: NU Harus Punya Paradigma Baru

BANYUWANGI-Sepak terjang NU selama ini dinilai kurang optimal dan sering menerpa ruang kosong. Bahkan dalam banyak hal, NU terkesan apatis dan kurang bisa memberikan kontribusi balik terhadap umatnya. Padahal, jika basis kekuatan NU digarap dan disentuh secara profesional dipastikan manfaatnya luar biasa bagi semua orang, termasuk warga NU.

Penegasan berbau kritik itu disampaikan Ketua PBNU Masdar Farid Masudi dalam dialog bertema "Paradigma Baru NU dalam Menghadapi Era Global", kemarin. Acara yang diikuti pengurus majelis wakil cabang (MWC) NU se Banyuwangi itu digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Hidayah Desa Parijatah Kulon, Kecamatan Srono. Hadir pula Rois Syuriah PCNU Banyuwangi KH Hisyam Safaat, Ketua PCNU KH Masykur Ali, dan tuan rumah KH Ali Maki Zaini.

Masdar mengajak warga NU mencari paradigma baru dalam mengelola organisasi. Meski memiliki basis kekuatan massa besar, kritik dia, selama ini NU tidak ubahnya sebagai petani miskin. "Padahal kita memiliki ladang cukup luas. Tapi, mengapa kita masih bingung dan tidak tahu bagaimana mengelolanya?," sergahnya.

Diakui, besarnya warga NU akan disegani banyak orang. Namun, karena NU belum disentuh secara profesional, yang terjadi jusrtu sebaliknya. Dalam berbagai pengalaman sejarah, beber dia, NU justru sering dimanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. "Mulai sekarang, kita tidak boleh kecolongan lagi. NU harus cepat bergerak dan merespons keadaan," ajaknya.

Caranya, saran Masdar, sarana milik NU, seperti masjid, harus difungsikan kembali sebagai media dakwah. Masjid tidak hanya dijadikan sarana ibadah mahdoh (ritual biasa, Red), tetapi harus dijadikan wahana diskusi dan memecahkan masalah umat. "Jika perlu, semua persoalan yang ada kaitannya dengan publik dimusyawarahkan dan diputuskan di masjid," pesannya.

Sementara itu, Gus Maki, panggilan Ali Maki Zaini sepakat dengan usulan Masdar. " PCNU berkepentingan melakukan pendataan seluruh potensi umat, termasuk masjid. Kami juga akan merumuskan jenis kegiatan apa saja yang pas kita musyawarahkan di masjid. Intinya, kita sepakat masjid dijadikan sebagai sentra kegiatan umat," jlentrehnya.(sms)
sumber : jawapos


komentar :

ketika selesai saya baca berita di koran jawapos pagi ini, saya berbahagia melihat kabar baik dari Ketua PBNU Masdar Farid Masudi.  dari penuturan beliau dapat  saya simpulkan bahwa kedepan, NU sebagai ormas islam terbesar  di negeri ini akan sedikit  [mudah2an banyak]  lebih aktif  dalam  proses dakwah.  mungkin  dengan cara  ikut memikirkan permasalahan  umat  secara nyata, atau lebih bagus lagi ikut  bermuhasabah  terhadap  penguasa negeri ini yang notabene sering kali mengeluarkan  kebijakan yang aneh2, tidak  islami dan tidak berpihak pada rakyat. 

lalu  saya buka  www.detik.com. NU Bandung Bagi 1.000 Mawar, Jamaah Gereja Terharu.  T_T.  bukan  bermaksud ikut2an,  saya juga meneteskan air mata. bedanya,  air mata saya adalah untuk menyesali  kegiatan mawar-memawar tersebut.  bukankah sebagai muslim,  kita wajib berdakwah, wajib mensyiarkan  islam ini kepada  seluruh  manusia?  bukankah kebenaran  islam itu adalah mutlaq?  bukankah  ideologi yang paling  sempurna itu adalah islam?  masihkah terbersit keraguan  atas kebenaran ini?  lalu untuk apa ? apa  tujuan  pemberian selamat natal dalam bentuk mawar itu?

semoga kedepan, NU juga menyoroti keutuhan organisasi, menyatakan satu sikap yang terpusat, menegakkan ISLAM ini dengan tangan, keringat, harta dan materi, bahkan kalau perlu nyawa. amin.

Labels:

posted by Arief @ 13:16   0 comments
Sunday, 24 December 2006

KHUTBAH IDUL ADHA 1427 H


سم الله الرحمن الرحيم

KHUTBAH IDUL ADHA 1427 H

BERKUBAN DEMI PERSATUAN
DAN KESATUAN UMAT ISLAM
DI BAWAH NAUNGAN KHILAFAH

اللهُ أكْبَرُ   × 9

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ أنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. اللهم صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مَنْ سَنَّ بِقَوْلِهِ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلاًَ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُـوعٌ »، وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ..

أما بعد، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتَهِ كَمَا جَاءَ فِيْ قَوْلِهِ: ]أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ [ ،

Allâhu Akbar 9X, Lâ ilâha illaLlâhu HuwaLlâhu Akbar, Allâhu Akbar WaliLlâhil hamd.

Ma'âsyiral Muslimîn RahimakumuLlâh,

Pagi ini umat Islam di seluruh dunia menyambut dan merayakan hari yang agung ini dengan alunan takbîr, tahmîd, tashbîh, dan tahlîl. Tak hanya hari ini, kalimat thayyibah itu akan terus menggema selama hari tasyrîq. Semua kalimat yang dilantunkan itu dapat menggugah kembali kesadaran kita akan status kita sebagai hamba Allah yang wajib mengabdi kepada-Nya. Maka marilah kita mengagungkan, memuliakan, dan membesarkan Asma Allah yang memelihara langit dan bumi serta segala isinya. Dan marilah kita mantapkan langkah untuk meniti jalan takwa.  

Saat ini jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia juga sedang berkumpul di tanah suci memenuhi panggilan ilahi, menunaikan ibadah haji. Lautan manusia itu membuat panorama amat menakjubkan. Sekalipun mereka beraneka ragam suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit, namun mereka berbaur, berpadu, dan menyatu dalam menjalankan syariat Allah SWT. Mereka seretak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan Allah:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu, Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu; tiada seukutu bagi-Mu, Aku datang untuk penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuasaan hanya milik-Mu; tiada sekutu bagi-Mu.

Tak nampak ada perselisihan, percekcokan, dan permusuhan di antara mereka. Sebaliknya, segala atribut yang biasanya menjadi biang perpecahan dan percekcokan ditanggalkan. Warna pakaian yang mereka kenakan, aktivitas ibadah yang mereka kerjakan, dan lantunan kalimat yang mereka ucapkan benar-benar menunjukkan bahwa mereka adalah ummat yang satu. Ummat yang dipersatukan oleh akidah Islam. Sungguh, sebuah pemandangan yang membahagiakan hati orang-orang beriman, yang senantiasa merindukan persatuan dan kesatuan.

Sementara umat Islam di tempat lain, di seluruh dunia, juga tak mau ketinggalan. Sambil melantunkan takbir, mereka beramai-ramai mendatangi lapangan atau masjid, tempat shalat ied diselenggarakan. Ketika shalat berlangsung, mereka berjajar rapi menghadap kiblat yang sama dan bergerak serentak mengikuti komando seorang imam. Sambil bersimpuh mengagungkan Asma Allah, mereka menyimak uraian ayat-ayat-Nya yang disampaikan khathib. Usai shalat, dilanjutkan dengan penyembelihan dan pembagian hewan kurban. Di antara umat Islam yang mampu, menyisihkan sebagian hartanya untuk berkurban. Daging hewan kurban itu pun lantas dibagikan kepada masyarakat luas. Rangkaian peristiwa ini juga mengukuhkan, bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Umat yang memiliki Rabb yang sama, Rasul yang sama, Kitab Suci yang sama, dan kiblat yang sama.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Sungguh amat disayangkan, persatuan yang diperlihatkan dalam ibadah haji dan hari raya 'Idul Adha ini justru kontras dengan realitas keseharian umat Islam saat ini. Persatuan umat Islam kini sedang terkoyak. Terlebih setelah runtuhnya Khilafah Islam di Turki, tepat pada tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, dan Barat pun berhasil meracuni umat dengan paham Nasionalisme, sehingga merobek persatuan dan kesatuan mereka.

Umat Islam yang sebelumnya bersatu padu dalam satu kepemimpinan Khilafah, kini terpecah belah menjadi lebih dari lima puluh negara kecil. Masing-masing sibuk dengan urusannya dan tidak peduli dengan nasib saudaranya di negara lain. Akibatnya, musuh-musuh mereka dengan mudah menghancurkannya, satu persatu.

Ketika Irak diserbu Amerika, tak ada satu pun negeri Muslim yang membantunya. Sebaliknya, sebagian negara di Timur Tengah justru menyediakan fasilitas pangkalan militer untuk tentara Amerika. Dari pangkalan itulah, AS dan sekutu-sekutunya leluasa menggempur Irak. Akibatnya, tak terhitung nyawa kaum Muslim menjadi korban; bekas ibukota Khilafah Abassiyyah itu pun porak-poranda oleh kebiadaban tentara AS dan sekutunya.

Nasib serupa juga menimpa Afghanistan. Ketika negara itu digempur AS dan sekutunya, umat Islam di seluruh dunia juga tidak bisa berbuat banyak. Justru sebaliknya, penguasa Pakistan menyerahkan daerahnya kepada AS untuk memudahkan negara Kafir penjajah itu membombardir Afghanistan. Sebagian umat Islam di Afghanistan pun berhasil ditipu untuk memuluskan jalan mereka menjajah negaranya.

Libanon; ketika negeri itu dihujani rudal-rudal Israel, negeri-negeri Muslim yang lain juga tak tergerak menolongnya. Sebagian malah sibuk mengecam Hizbullah yang dianggap memprovokasi Israel melakukan penyerangan. Bahkan, pemerintah Libanon sendiri pun tidak memberikan dukungan apapun terhadap Hizbullah. Jangan persenjataan dan logistik, dukungan moral pun tidak. Sungguh aneh memang.

Kasus Palestina bisa dijadikan contoh lain. Rakyat negeri itu terpaksa harus berjuang sendiri untuk menghadapi kebrutalan dan kebiadaban Israel yang didukung oleh seluruh kekuatan negara penjajah di dunia, termasuk PBB. Akibatnya, jangankan mengusir Israel dari negeri Muslim, sekadar menghentikan kebrutalan serdadu Israel saja tidak bisa. Sementara negara-negara Muslim lainnya, bukan saja tidak membantu, mereka justru berlomba memberikan pengakuan tentang keabsahan eksistensi Israel di bumi penuh berkah itu, lalu mengadakan hubungan diplomatik dan kerjasama   di berbagai bidang dengan negara zionis itu.

Potret buram persatuan umat Islam kian diperparah dengan pertikaian antar kelompok akibat perbedaan madzhab, partai, dan kepentingan. Akibatnya, mereka mudah diadu domba oleh musuh-musuhnya. Kasus pertikaian sesama Muslim di Irak, antara Syiah dan Sunni di Shadr City beberapa waktu lalu ---yang menewaskan ratusan nyawa kaum Muslim yang tak bersalah--- adalah gambaran betapa persatuan umat ini telah terkoyak.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Pertanyaan yang patut diajukan adalah, mengapa realitas mengenaskan seperti ini bisa terjadi?

Jika dikaji dengan cermat, semunya berpangkal pada sikap umat Islam sendiri yang telah mengabaikan   prinsip-prinsip penting dalam persatuan yang digariskan oleh Islam.

Pertama , dasar persatuan. Umat Islam saat ini telah diracuni oleh paham-paham yang menjadikan selain akidah Islam sebagai dasar persatuan dan kesatuan mereka, seperti paham kesukuan, kebangsaan, Patriotisme, dan sejenisnya. Padahal, paham-paham inilah yang telah menghancurkan persatuan umat Islam. Sebab, ketika kesamaan etnis, suku, bangsa, dan sejenisnya dijadikan dasar persatuan, loyalitas dan pembelaan terhadap bangsa akan mengalahkan loyalitas mereka terhadap Islam dan kaum Muslim.

Ini jelas merupakan penyimpangan terhadap ketentuan Islam, yang menggariskan akidah Islam sebagai dasar persatuan dan kesatuan mereka, sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara (QS al-Hujurat [49]: 10).

Rasulullah saw bersabada:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ

Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak boleh mendzaliminya dan tidak akan membiarkannya (dizhalimi) (Muttafaq 'alaih)

Dengan demikian, siapa pun yang berakidah Islam, tanpa memandang latar belakang; suku, bangsa dan bahasa adalah saudara. Sedemikian eratnya persatuan itu, hingga Rasulullah saw mengumpakan mereka laksana satu tubuh, yang jika ada salah satu organ yang sakit, seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur (Hr. Muslim).

Sebaliknya, setiap paham yang menjadikan selain akidah Islam sebagai dasar persatuan dan kesatuan itu dinyatakan oleh Nabi sebagai muntinah (busuk), dan dengan keras dilarang oleh Rasulullah saw.:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ

Tidak termasuk golongan kami orang-orang yang berseru kepada ashabiyyah, yang berperang karena ashabiyyah, dan mati karena ashabiyyah (HR Abu Dawud).

Apabila umat Islam kembali menjadikan akidah mereka sebagai dasar persatuan dan kesatuan mereka, niscaya realitas menyedihkan seperti ini tidak akan terjadi. Sejarah telah membuktikan, akidah Islamlah yang mempertautkan hati suku Aus dan Khajraj di Madinah. Padahal, sebelumnya kedua suku itu saling bermusuhan berpuluh-puluh tahun. Akidah ini pula yang berhasil mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Kendati mereka berasal dari suku dan tanah air yang berbeda, namun mereka bisa bersatu. Ikatan akidah ini pula yang mempersatukan seluruh umat Islam di seluruh dunia selama berabad-abad hingga menjadi umat yang paling kuat dan disegani dalam sepanjang sejarah.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Kedua , manifestasi persatuan. Sebagaimana kita saksikan, umat Islam saat ini telah terpecah menjadi lebih dari lima puluh negara. Sekat-sekat nation state itu menghancurkan umat Islam sebagai satu entitas. Wujud persatuan dan persaudaraan Islam juga tidak bisa dimanifesatasikan secara riil dalam kehidupan mereka. Kalaupun masih tersisa, hanya sebatas dalam aktivitas ritual dan bersifat emosional.

Realitas ini juga merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Islam. Sebab, Islam mewajibkan umatnya bersatu dalam satu payung kekuasaan, yakni Khilafah Islam. Umat Islam dilarang memiliki lebih dari satu negara. Rasulullah saw bersabda:

إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الآخَرَ مِنْهُمَا

Apabila dibai'at dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya" (HR Muslim).

Hadits ini secara tegas melarang dualisme kekuasaan dalam Khilafah. Jika itu terjadi, maka khalifah yang paling akhir dibaiat harus ditolak. Jika masih bersikukuh dan tidak mau berhenti, umat Islam dipersilakan menggunakan kekuatan senjata. Sikap tegas ini menunjukkan, haramnya membagi negara khilafah menjadi dua atau lebih.

Kesatuan dan keutuhan negara itu harus terus terus dijaga dan dipertahankan umat Islam hingga Hari Kiamat. Setiap upaya yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan umat dan negara harus dihancurkan. Pelakunya harus dihukum keras. Rasulullah saw juga bersabda:

وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الآخَرِ

Siapa saja yang telah membai'at seorang imam, lalu ia memberikan uluran tangan dan buah hatinya, hendaklah mentaatinya jika mampu. Apabila ada orang lain yang hendak merebutnya maka penggallah leher orang itu (HR Muslim dan Abu Daud).

Rasulullah saw juga bersabda:

مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ

Siapa saja yang datang kepada kamu sekalian --- sedangkan urusan kalian berada di tangan seorang (Khalifah)--- kemudian dia hendak memecah-belah kesatuan jama'ah kalian, maka bunuhlah dia (HR Muslim dari Arfajah).

Dengan bersatunya umat Islam di bawah satu payung kekuasaan, maka umat Islam akan menjadi kuat sebagaimana yang pernah digambarkan oleh Rasulullah saw:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Seorang Mukmin bagi Mukmin yang lain itu laksana bangunan yang masing-masing bagian akan menguatkan bagian lainnya (HR Ahmad, al-Tirmidzi, dan al-Nasa'i).

Sejarah juga telah membuktikan, selama 13 abad kaum Muslim menjadi umat yang kuat dan disegani musuh-musuhnya karena mereka berada dalam naungan Khilafah. Sebaliknya setelah Khilafah dibubarkan, umat Islam menjadi lemah dan mudah diperdaya oleh musuh-musuhnya.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Sirnanya persatuan umat dalam kehidupan nyata sebenarnya hanya merupakan salah satu akibat tidak adanya Khilafah. Masih banyak problem lain yang diakibatkan ketiadaan Khilafah.

Ketiadaan Khilafah itu juga telah mengakibatkan bercokolnya pemikiran dan hadhârah (peradaban), akhlak, dan gaya hidup Barat di tengah-tengah umat. Akidah Islam yang merupakan satu-satunya akidah yang shahih justru ditanggalkan oleh sebagian putra-putri kaum Muslim,  dan diganti dengan akidah Sekularisme dan ide-ide turunannya yang mendatang malapetaka bagi umat manusia.

Ketiadaan Khilafah juga mengakibatkan berbagai problem ekonomi. Kemiskinan yang melanda dunia Islam –--padahal negeri-negeri Islam menyimpan kekayaan melimpah--- adalah akibat diterapkannya sistem ekonomi Kapitalis. Para penguasa yang sangat korup dan membiarkan kekayaan negerinya dijarah dan dikuras oleh kaum Kafir penjajah, sembari memberikan sedikit untuk para antek dan kompradornya itu kian menambah parah persoalan.

Merosotnya moralitas, tingginya angka kriminalitas, dan merebaknya berbagai kemungkaran dan kemaksiatan adalah produk sistem Kufur yang melingkupi mereka. Jika ada Khilafah, semua itu tentu akan bisa dicegah. Khilafah akan membasmi kerusakan yang nampak di tengah-tengah masyarakat, memelihara akidah, serta akan mencegah seluruh penyimpangan, khurafat dan bid'ah yang merusak akidah. Lebih dari itu, Khilafah akan membentuk masyarakat yang dibangun dan diliputi keimanan.

Ketiadaan Khilafah nyata telah memuluskan negara-negara Kafir Barat untuk menancapkan cengkraman mereka terhadap kaum Muslimin, merampok kekayaan alamnya, menginjak-injak kehormatan Islam dan kaum Muslimin, bahkan mengusir dan membantai rakyatnya. Ironisnya justru semuanya itu dilakukan dengan bantuan kaum Muslim yang rela menjadi antek dan komprador mereka. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى

Sesungguhnya seorang imam (khalifah) adalah perisai. Di guinakan perang oleh orang yang ada di baliknya dan berlindung dengannya (HR Ahmad dan al-Nasa'i).

Demi Allah , berbagai problem yang yang sekarang mendera kaum Muslimin itu  tidak akan terjadi jika sistem Khilafah masih tegak. Karena, Khilafah bukan hanya sistem pemerintahan, tetapi juga berfungsi sebagai penjaga akidah, pelaksana syariah, penegak agama, pemersatu barisan kaum Muslimin, pemelihara negeri-negeri Islam, pengemban risalah,  dan pemimpin umat dalam berjihad fisabilillah ke seluruh dunia.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Khilafah adalah kepemimpinan umum (universal) bagi kaum Muslimin di seluruh dunia untuk melaksanakan syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.

Demi Allah , Islam telah mewajibkan umat ini untuk menegakkan Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ مَاتَ لَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّة

Barang siapa mati, sementara di atas pundaknya tidak ada bai'at, maka matinya dalam keadaan jahiliyah.

Hadits ini mewajibkan adanya bai'at di setiap pundak kaum Muslim. Itu tentu hanya akan terjadi, jika ada seorang khalifah yang dibai'at. Sebab, baiat hanya diperuntukkan untuk khalifah. Tanpa khalifah, tidak akan ada baiat di pundak setiap kaum Muslim. Ancaman mati jahiliyyah bagi siapa pun yang hidup di saat tidak ada khilafah, menunjukkan bahwa adanya khalifah dan khilafah itu wajib bagi mereka. Kewajiban itu sedemikian besar, sehingga kematian siapa saja yang tidak melakukannya diserupakan seperti mati jahiliyah; mati dengan membawa dosa yang amat besar. Na'udzu billah.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Setiap hari raya 'Idul Adha, kita juga selalu diingatkan oleh peristiwa besar pengorbahan hamba Allah, yaitu Nabi Ibrahim as dan putranya, Ismail as. Keduanya telah membuktikan ketaatan dan kecintaannya kepada Allah Swt di atas segala-galanya. Keduanya dengan lapang dada menunaikan perintah-Nya, meski harus mengurbankan sesuatu yang paling dicintainya.

Sikap inilah yang harus kita teladani. Ketika Allah Swt dan Rasul-Nya mewajibkan tegaknya syariah dan khilafah, kita pun harus rela mengurbankan apa pun yang miliki untuk melaksanakan kewajiban itu. Allah Swt berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila rasul menyeru kepada kamu untuk sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfal [8]: 24) .

Marilah kita segera bergegas dengan para pengemban dakwah yang mukhish untuk mengembalikan Khilafah. Sebab, menegakkan Khilafah merupakan tuntutan keimanan, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jangan sampai kita menemui ajal dalam keadaan jahiliyah. Na'ûdzu biLlâh min dzâlik.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma'âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh,

Insya Allah, dengan izin Allah, Khilafah akan segera kembali dalam waktu dekat. Semua upaya yang dikerahkan oleh orang-orang Kafir dan antek-anteknya untuk menghalangi tegaknya Khilafah pasti akan gagal, dan digagalkan oleh Allah. Sebab, tegaknya Khilafah telah menjadi janji Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt berfirman:

وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah mejadikan orang-rang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukankan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (TQS. An-Nuur [24]: 55).

Rasulullah saw juga menegaskan:

ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Kemudian akan datang khilafah yang mengkuti manhaj kenabian (HR Ahmad).

Selanjutnya, marilah kita tundukkan kepala kita dengan segala kerendahan hati, sambil menengadahkan tangan kita, untuk memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT, Dzat Yang Mahakuasa, dan Mahaperkasa:

اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ

Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu saw, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.

  اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَناَ آخِرَتناَ الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَناَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعَ مَنْ يَفْجُرُكَ، اَللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ، اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الذِّيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ اَهْزِمْهُمْ وَدَمِّرْهُمْ، وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِيْ تَدْبِيْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ اهْزِمْ جُيُوْشَ الْكُفَّارَ الْمُسْتَعْمِرِيْنَ، أَمْرِيْكَا وَبَرِيْطَانِيَا وَحُلَفَاءِهَا الْمَلْعُوْنِيْنَ.

Ya Allah, kami memohon pertolongan-Mu, meminta ampunan-Mu, sekali-kali kami tidak akan mengkufuri-Mu. Kami sepenuhnya iman kepada-Mu, dan berlepas diri dari siapapun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi, beribadah dan sujud. Kepada-Mulah kami berlari dan menuju. Kami mendambakan rahmat-Mu, dan takut akan adzab-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu yang sungguh-sungguh ditimpakan kepada kaum Kufar itu juga pasti akan ditimpakan kepada yang lain. Ya Allah, adzablah orang-orang Kafir yang telah menghalangi jalan-Mu, mendustakan para rasul-Mu, dan membunuhi para pembela-Mu. Ya Allah, kalahkanlah mereka, hancurkanlah mereka, cerai-beraikanlah persatuan mereka, dan porak-porandakanlah kesatuan mereka. Jadikanlah rencana jahat mereka itu sebagai pembawa kehancuran mereka. Ya Allah, kalahkanlah pasukan kaum Kufar penjajah, Amerika, Inggeris dan sekutu mereka yang terlaknat.

اَللَّهُمَّ مَلِكَ الْمُلْكِ تُعْطِيْ الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ، وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ، وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةَ الرَّاشِدَةَ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، تُعِزُّ بِهَا دِيْنَكَ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَطُغْيَانَهُ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا وَانْصُرْ إِخْوَانَنَا وَانْصُرْ مَنْ يُنْصُرُنَا وَاجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ ِلإِقَامَةِ شَرِيْعَتِكَ العُظْمَى وَالْخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ.

Ya Allah, Maha Raja diraja, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, Engkau ambil kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapasaja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinadinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di dalam genggaman-Mu lah seluruh kebaikan. Karena Engkaulah Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu negara Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengannya Engkau muliakan agama-Mu, dan Engkau hinakan kekufuran dan seluruh anteknya. Ya Allah, tolonglah kami; tolonglah saudara-saudara kami; tolonglah siapasaja yang menolong kami. Jadikanlah kami dan mereka sebagai para pejuang yang ikhlas untuk menegakkan syariah-Mu, dan Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengan rahmat-Mu, duhai Dzat yang Maha Pengasih, duhai Sebaik-baik Penolong.

Labels:

posted by Arief @ 21:38   0 comments
Arief Rachmansyah
Kota Malang


cmplt prfl