Film Fitna besutan Geert Wildert Pemimpin Freedom Party Belanda meskipun sebelumnya dikecam banyak pihak tetap dirilis di sebuah situs internet. Film ini berisi penghinaan terhadap Islam, . Wilder menggambarkan Al Qur'an adalah buku fasistis yang menyebarkan kebencian dan kekerasan. Berkaitan dengan ini, redaksi mewancarai juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto.
Film Fitna yang memfitnah Islam akhirnya tetap dirilis di Belanda dan ini bukan pertama kalinya Islam dihina, ada apa dibalik ini semua, kenapa penghinaan ini terus berlangsung , apa motifnya ?
Film Fitna jelas merupakan fitnah terhadap Islam dan penghinaan yang terang-terang terhadap Al Qur'an. Film Fitna menunjukkan kebencian yang amat dalam pada diri mereka. Mereka juga tidak perduli terhadap umat Islam. Gelombang protes dan kecaman dari umat Islam sama sekali tidak dipedulikan. Namun sekaligus hal ini menunjukkan kelemahan umat Islam yang tidak mampu melindungi kemuliaan Al Qur'an dan Rosulullah SAW
Selama ini Barat selalu mendorong dialog antar peradaban dan saling menghargai antar peradaban, tetap pemerintah Barat tetap membiarkan penghinaan ini bagaimana pandangan Ustadz ?
Bagi kita apa yang terjadi sekarang jelas menunjukkan seruan-seruan dialog antar peradaban itu dusta belaka. Slogan saling menghargai, mutual respect yang sering mereka dengung-dengungkan adalah kebohongan. Di satu sisi mereka bicara harus saling menghargai, di sisi lain penghinaan terhadap Islam dibiarkan. Mereka menyerukan hidup berdampingan antara peradaban dengan damai , di sisi lain pembunuhan terhadap umat Islam di Irak,
Afghanistan, Palestina, mereka lakukan dan dibiarkan. Yang terjadi sekarang bukanlah dialog antar peradaban, tapi perang peradaban. Dan yang memulai adalah mereka dengan menjadikan umat Islam menjadi sasarannya.
Tapi, pemerintah Belanda menyatakan, film Fitna bukan pandangan resmi pemerintah Belanda, pemerintah Belanda atas nama kebebasan berpendapat tidak bisa berbuat apa-apa ?
Lagi-lagi ini kedustaan. Kalau mau pemerintah Belanda sebenarnya bisa melarang. Kepada wartawan Belanda saya pernah tanyakan, bagaimana bila ratu mereka dihina, apakah dibolehkan ? Dijawab, pasti dilarang. Nah, menghina Islam dan Al Qur'an kenapa tidak dilarang ? Di sebagian besar negara Eropa sekarang, siapapun yang meragukan Hollocoust terhadap bangsa Yahudi benar-benar terjadi dan mengkritiknya akan diajukan ke Pengadilan sebagai tindakan kriminal. Berarti mereka tahu kebebasan tetap saja ada batasnya. Artinya kalau mau , sebenarnya pemerintah Belanda bisa mencegahnya.
Tapi pemerintah Belanda mengatakan tidak mendukung Wilders ?
Bila mereka tidak sungguh-sungguh menghentikan ini, berarti pemerintah Belanda mendukung Wilders. Dengan kata lain, film Fitna tidak hanya mencerminkan pendapat pribadi juga negara.
Bagaimana seharusnya sikap umat Islam dalam hal ini ?
Umat Islam harus bersuara keras untu menentang ini semua. Tidak boleh diam. Karena ini merupakan penghinaan. Kalau Ratu mereka dihina, mereka marah, adalah sangat wajar dan harus, ketika Al Qur'an dan Rosulullah dihina kita juga marah.
Bagaimana dengan sikap penguasa negeri-negeri Islam ?
Sangat menyedihkan, sangat lemah. Bahkan nyaris tidak bersuara. Kalau pun ada paling hanya mengecam. Seharusnya pemerintah melakukan tindakan kongkrit. Namun semua ini disebabkan karena penguasa negeri Islam sebagian besar memang tunduk kepada Barat bahkan ada yang menjadi kaki tangan Barat. Di sinilah relevansi umat Islam untuk sungguh-sungguh memperjuangkan Khilafah Islamiyah. Sebab, hanya pemerintahan Khilafah yang akan melindungi umat Islam dan ajaran Islam ini dari penghinaan keji mereka. Kalau umat Islam cinta kepada Al Qu'ran, cinta kepada Rosulullah SAW mereka harus memperjuangkan Khilafah Islamiyah.
Omong thok, lambe lamis, Tauhid ae durung